-
Akankah Black Death Terulang Akibat Infeksi Bubonic Plague di Tiongkok Baru-Baru Ini?
Jika Anda pernah mengetahui, bahwa pada abad 14 pernah terjadi pandemi Black Death yang dikenal sebagai salah satu pandemi mematikan sepanjang sejarah manusia, kabar buruknya infeksi penyebab pandemi ini kembali muncul di Tiongkok pada Juli 2020 lalu.
Setidaknya tercatat sekitar 75-200 korban jiwa selama empat tahun akibat pandemi ini. Mungkin Anda akan membandingkannya dengan pandemi COVID-19, tentu jumlah korban Black Death berkali lipat lebih banyak.
Mengingat bahwa pandemi ini terjadi ketiak abad 14, dunia medis memastikan bahwa persiapan dan pengobatan untuk menangani Black Death telah jauh lebih maju dan lebih siap. Sebagai contoh, para ahli telah mengembangkan antibiotik yang diyakini mampu untuk menangkal bakteri Yersinia pestis, penyebab bubonic plague.
Bubonic plague dan hewan pengerat
Laporan pertama kali munculnya kembali bubonic plague terjadi di sebuah peternakan di Bayannur, Mongolia, Tiongkok. Seketika setelah laporan tersebut diterima, pihak yang berwenang mengumumkan status waspada level 3 dengan himbauan warga untuk menghindari aktivitas perburuan, mengonsumsi, dan atau mengirim hewan yang berisiko menularkan infeksi bakteri penyebab bubonic plague tersebut.
Bubonic plague yang disebabkan oleh bakteri Y. pestis ditularkan melalui kutu maupun hewan pengerat, seperti tupai, tikus, dan kelinci. Seseorang yang melakukan kontak langsung dengan cairan atau jaringan dari hewan terinfeksi bakteri tersebut, berpeluang mengalami gejala-gejala Black Death. Adapun gejala yang perlu diwaspadai, antara lain:
- Muntah-muntah
- Demam
- Risiko gagal organ
- Adanya luka terbuka
- Pendarahan
Gejala tersebut akan bertambah parah jika tidak ditangani sesegera mungkin, bahkan bakteri yang masuk ke dalam tubuh dapat memicu timbulnya sepsis, yaitu komplikasi berbahaya sebagai respons terhadap bakteri yang mengaminfiko bereksi tubuhawa. Dalam kasus lain, bakteri Y. pestis yang menginfeksi paru-paru manusia dapat memicu pneumonia yang mengakibatkan penderitanya sulit bernapas.
Kekhawatiran Terulangnya Black Death
Mengingat fakta bahwa puluhan bahkan ratusan korban meninggal dunia pada era pandemi Black Death, ada rasa kekhawatiran akan terulangnya pandemi tersebut di masa kini. Terlebih, ketika diketahui bahwa jenis bakteri yang dilaporkan di Tiongkok tadi, serupa dengan bakteri penyebab Black Death.
Meski begitu, para ahli meyakinkan bahwa risiko terulangnya Black Death sedahsyat abad 14 lalu terhitung cukup kecil.
Hingga saat ini, beberapa ribu kasus memang dilaporkan setiap tahunnya dari penjuru dunia, terutama dari negara Afrika, India, dan Peru. Namun, selama manusia tidak berkontak langsung dengan hewan telah disebutkan tadi, bubonic plague dapat dihindari.
Selain itu, diketahui pula bahwa bakteri Y. pestis tidak tahan dan akan mati jika terpapar sinar matahari. Bakteri tersebut juda hanya dapat bertahan sekitar satu jam tergantung pada kondisi lingkungannya ketika terlepas di udara.
Bubonic plague juda tidak menular dari satu orang ke orang lain. Berbeda dengan infeksi COVID-19 yang dapat menularkan antarmanusia melalui droplet maupun secara airborne.
Para ahli di dunia medis telah bersiap dengan terus mengembangkan pengobatan mutakhir, seperti antibiotik untuk mengobati pasien terinfeksi. CDC memaparkan bahwa penanganan secara tepat dan dini, mulai dari perawatan dengan infus, oksigen, dan alat bantu pernapasan dapat mengurangi angka kematian karena infeksi bubonic plague hingga 11%.
Tags : penyakit
-
Commentaires