-
Serba-serbi Serotonin Syndrome yang Perlu Anda Ketahui
Kelebihan hormon serotonin atau dikenal dengan istilah serotonin syndrome adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang “keracunan” obat tertentu. Kondisi itu memiliki gejala yang beragam, mulai dari ringan, sedang, hingga berat dan menyebabkan kematian.
Mungkin kondisi ini masih asing di telinga kita. Namun, ketahuilah, bahwa para penderita serotonin syndrome ada di sekitar kita. Ini kondisi yang nyata dan umum terjadi. Menjadi penting kiranya untuk mengetahui mengenai kondisi kesehatan ini lebih jauh.
Mengapa Serotonin Syndrome Bisa Terjadi?
Kompleksitas dari gangguan yang berpotensi mengancam nyawa ini adalah hasil dari pasien yang mengonsumsi kombinasi obat tertentu sehingga menyebabkan produksi serotonin berlebihan di dalam tubuh.
Siapa Saja yang Dapat Terserang Serotonin Syndrome?
Serotonin syndrome dapat menyerang siapa saja, tak terbatas pada mereka lantaran ukuran, bentuk, ras, atau usia. Para ahli setuju bahwa peningkatan kesadaran tentang kondisi ini merupakan sesuatu yang perlu ditangani dengan segera. Oleh karenanya, informasi dan pengetahuan para tenaga medis di fasilitas kesehatan amat diperlukan untuk memastikan bahwa pasien dengan kondisi ini untuk segera diobati.
Apa yang Pertama Kali Terjadi di Dalam Tubuh Seseorang ketika Terserang Serotonin Syndrome?
Ada tiga tanda dan gejala awal dari seseorang yang mengalami serotonin syndrome, pertama perubahan status mental, kedua mengalami hiperaktif otonom, dan terakhir mengalami kelainan neuromuskuler. Tanda dan gejala awal itu dapat terjadi dalam beberapa jam setelah menelan obat yang memicunya.
Apa yang Terjadi Setelahnya?
Gejala yang dirasakan dapat sangat beragam, tergantung seberapa parah efek dari obat tersebut. Kondisi tubuh seseorang juga berperan penting dalam parah atau tidaknya kondisi mereka.
Seseorang yang mengonsumsi antidepresan dosis tinggi mungkin mengalami refleks atau tremor yang sedikit meningkat, tetapi menunjukkan sedikit gejala lain. Sementara itu, pasien dengan keracunan yang lebih parah dapat mengalami demam tinggi, hiperrefleksia, hingga hipertermia.
Kemudian perubahan kognitif atau mental mereka, seperti merasa gelisah, bingung, atau gangguan kesadaran juga dapat dialami oleh penderita serotonin syndrome. Penderita bahkan bisa sampai kejang-kejang hingga koma.
Pengaruh Obat dan Kaitannya dengan Kondisi Penderita Serotonin Syndrome
Serotonin syndrome paling sering dikaitkan dengan obat-obatan yang memengaruhi reseptor serotonin 2A. Obat yang paling mungkin kita lihat yang menyebabkan toksisitas serotonin adalah SSRI dan SNRI.
Obat antidepresan lain seperti trazodone, nefazodone, clomipramine, dan venlafaxine juga dapat meningkatkan kadar serotonin. Oleh karenanya, Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat, FDA, telah mengeluarkan peringatan yang mengaitkan risiko sindrom serotonin dengan penggunaan triptan dan SSRI secara bersamaan atau hanya triptan.
Obat-obatan di atas mungkin akan memberikan dampak yang berbeda-beda. Tingkat keparahan gejala juga akan tergantung pada tingkat toksisitas setelah terpapar obat tersebut.
Kompetensi Dokter dan Pemeriksaan Awal Serotonin Syndrome
Karena banyak dokter tidak terbiasa dengan serotonin syndrome, kadang-kadang mereka cenderung bingung dengan kondisi ini. Hal ini berkaitan dengan kesalahan diagnosis yang mungkin saja terjadi. Di antara kesalahan diagnosis paling umum adalah sindrom maligna neuroleptik atau NMS.
Kondisi lain yang sering disalahartikan sebagai sindrom serotonin adalah toksisitas antikolinergik, yang muncul pada pasien yang telah mengonsumsi obat antikolinergik. Biasanya pasien ini mengalami peningkatan detak jantung, tetapi kulit mereka sangat kering dan mereka tidak memiliki temuan neuromuskuler.
Pertolongan Pertama Penderita Serotonin Syndrome
Sama seperti gejalanya yang berkisar dari ringan hingga parah, pengobatan serotonin syndrome juga berkisar dari yang relatif mudah hingga yang lebih kompleks. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah menghilangkan agen serotonergik yang mengganggu. Yang harus diperhatikan adalah, bahwa ini harus selalu dilakukan dengan pemantauan yang cermat dan pemahaman bahwa beberapa obat tidak akan segera hilang dari sistem pasien.
Jika pasien memiliki gejala yang parah dan perlu dibius, benzodiazepin dapat digunakan. Beberapa pasien dengan suhu tubuh tinggi atau hipertermia memerlukan tindakan pendinginan eksternal, serupa dengan yang digunakan saat merawat seseorang dengan serangan panas.
***
Itulah serba-serbi mengenai kondisi serotonin syndrome yang dapat membantu siapa saja, tidak terbatas pada petugas kesehatan, memahami lebih jauh mengenai kondisi ini. Tersebar luasnya informasi mengenai kondisi ini bisa membantu mereka, para penderita untuk segera keluar dari kondisi sulitnya.
Tags : gangguan mental, kesehatan mental
-
Commentaires